Minggu, 05 Juli 2009

Pendidikan Periode Madrasah

Pendidikan yang dilaksanakan pada masa awal perkembangan islam berfilsafat informal yang penamaan lebih terkait dengan upaya-upaya dakwah islamiyah, penyebaran dan dasar-dasar keperayaan serta ibadah Islam. Sedangkan pendidikan formal islam baru muncul dengan kebangkitan madrasah.
Lembaga pendidikan madrasah adalah kelanjutan dari lembaga pendidikan dalam bentuk masjid, karena banyaknya murid-murid yang datang dari luar kota untuk belajar di masjid menuntut danya tempat tinggal yang disebut dengan khan (semacam asrama) sehingga terjadi perubahan dari masjid kemasjid khan. Selanjutnya dari masjid khan berubah kebentuknya ke bentuk madrasah.
Dengan adanya madrasah bertanda bahwa pendidikan islam telah mengalami kemajuan pesat. Masjid yang telah tumbuh sejak masa awal islam pada dasarnya hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dengan sedikit kegiatan pendidikan didalamnya. Masjid khan walaupun telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan namun kegiatan pendidikan bukanlah merupakan faktor utama. Dengan adanya madrasah maka kegiatan pendidikan semakin sempurna. Madrasah bukanlah sebagai pengganti masjid kenyataanya madarasah mempunyai masjid didalamnya nmun rumah ibadah bukanlah fungsi utama dari madrasah.
Pembahasan
Madrasah merupakan isim makan dari katab darasa yang berarti tempat duduk untuk belajar. Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama perguruan islam). Karenanya istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit tetapi juga bisa dimaknai rumh, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain. Bahkan juga seorang ibu bisa dikatakan sebagai madrasah pemula.
B. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Madrsah
Dalam sejarah pendidikan islam makna dari madrasah tersebut memegang peran penting sebagai institusi belajar umat islam selama pertumbuhan adan perkembangannya. Sebab pemakaian istilah madrasah secara definitife baru muncul pada abad ke-11. Penjelmaan istilah madrasah merupakan transformasi tersebut antara lain; George Makdisi (1981) menjelaskan bahwa madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan islam dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung melalui tiga tahap; pertama tahap masjid, kedua tahap masjid khan, dan ketiga tahap madrasah. Sedangkan Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa transformasi masjid ke madrasah terjadi secara langsung Karena disebabkan oleh konsekuensi lagis dari semakin ramainya kegiatan yang dilaksanakan di masjid yang tidak hanya dalam kegiatan ibadah (dalam arti sempit) namun juga pendidikan, politik, dan sebagainya.
Terkait dengan sejarah munculnya madrasah, para pemerhati sejarah berbeda pendapat tentang madrasah pertama yang berdiri namun dalam ada beberapa pendapat yang cukup representatif yang bisa diungkapkan tentang sejarah pertama berdirinya madarasah sebagai institusi pendidikan islam pada masa awal. Menurut Ali al-Jumbulati (1994) sebelum abad ke-10 M dikatakan bahwa madrasah yang pertama berdiri adalah madrasah al-Baihaqiah dikota Nisabur. Disebut al-Baihaqiah karena ia didirikan oleh Abu Hasan al-Baihaqi (w. 414 H). pendapat ini diperkuat juga oleh Hasan Ibrahim Hasan.
Kedua pendapat diatas diperkuat oleh hasil penelitian Richard Bulliet (1972) yang menemukan dalam dua abad sebelumnya berdirinya madrasah Nizamiah telah berdiri madrasah di Nisapur, yaitu Madrasah Miyan Dahliya yang mengajarkan fiqih Maliki. Abdul al-Al (1977) menjelaskan bahwa pada masa sultan Mahmud al-Ghaznawi (998-1020) telah berdiri madrasah Sa’diyah. Demikian juga naji ma’ruf (1973) berpendapat bahwa madrasah pertama telah didirikan 165 tahun sebelum berdiri madrasah Nizamiyyah yaitu sebuah madrasah dikawasan Khurasa. Ia mengemukakan bukti di Tarikh al-Bukhori dijelaskan bahwa Ismail ibn Ahmad Asad (w. 295 H) memiliki madrasah yang dikunjungi oleh pelajar untuk melanjutkan pelajaran mereka.
C. Madrasah Nizamiyah
Pada tahun 1067 M Nizham al-Mulk mendirikan perguruan tinggi besar di Bagdad yang kemudian menjadi model bagi Islam ortodoks (salaf) yang diberi nama Nizhamiyah sesuai dengan nama pendirinya. Nizham al-Mulk tidak hanya mendirikan satu madrasah Nizhamiyyah yang ada di Bagdad saja, tetapi juga diberbagai daerah yang berada di bawah kekuasan Bani Saljuk yaitu di Balkh, Nisapur, Heart, Isfahan, Basrah, Merw, Anul, dan Mosul. Memang diantara madrasah yang didirikan Nizham al-Mulk yang paling terkenal adalah madrasah Nizhamiyyah di bagdad.
Madrasah Nizhamiyyah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk pada mulanya didasari motif sectarian yaitu untuk memajukan golongan sunni, namun pada perkembangan selanjutnya pengaruh madrasah Nizhamiyyah ini tidak hanya menguntungkan bagi kaum sunni saja tetapi juga berpengaruh positif terhadap perkembangan dunia islam pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya.
Ada beberapa motif didirikannya madrasah Nizhamiyyah oleh Nizham al-Mulk di antaranya:
a) Pendidikan
Tidak diragukan lagi bahwa Nizham al-Mulk memberikan aperhatian yang besar terhadap pendidikan. Nizham al-Mulk adalah seorang yang cinta ilmu pengetahuan. Nizham al-Mulk menyadari pentingnya keberadaan madrasah dalam menyingkapi kekurangan sistem pendidikan masjid. Diketahui bahwa masjid pada masa awal merupakan tempat yang serba guna. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai lembaga pengajaran, rumah pengadilan, aula pertemuan bagi tentara dan rumah penyambutan para duta.
Berkaitan dengan hal di atas, diketahui bahwa pendirian madrasah Nizhamiyah tidak terlepas dari faktor politik. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendirian marasah itu sendiri. Menurut Abd al-Madjid Abd al-futuh Badawi seagaimana yag dikutip oleh Maksum, Madrasah Nizhamiyah didirikan dengan tiga tujuan:
Pertama, menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran syi’ahm, kedua, menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain; ketiga, membentuk kelompok-kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan dan manajemen.
d) Kurikulum
Dilihat dari muatan kurikulumnya agaknya pada madrasah Nizhamiyyah belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Penentuan kurikulum pendidikan tainggi islam berada ditangan ulama kelompok orang yang berpengaruh dan diterima sebagai otoritatif dalam soala-soal agama dan hukum. Ilmu-ilmu agama masih mendominasi kurikulum pendidikan atau dengan kata lain sebagaimana menurut Makdisi yang dikutip oleh Hasan Asari, ilmu-ilmu keislaman memegang control penuh atas lembaga-lembaga pendidikan.
e) Pengajar dan Staf Madrasah
Selain berperan secara fisik terhadap perkembangan madrasah Nizhamiyyah, Nizham al-Mulk juga berperan dalam menetapkan guru-guru yang akan mengajar pada madrasah Nizhamiyyah, beliau menetapkan jabatan-jabatan penting seperti mudarris (staff pengajar ayang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengajaran), wa’idh (yang memberikan ceramah-ceramah umum di madrasah), mutawalli al-kuttub (pustaka), muqri’ (yang membaca dan mengajarkan al-Qur’an) dan nahwi (ahli gramitical bahasa arab). Orang-orang yang dipilih oleh Nizham al-Mulk tersebut adalah mereka yang menganut mazhab Syafi’i, paling untuk tiga jabatan (mudarris, wa’idh, dan mutawalli al-kuttub) diharuskan bermazhab Syafi’i karena ketiga jabatan tersebut yang paling berhak dan punya otoritas penuh menentukan arah dan kebijakan madrasah itu, bahkan dlam banyak kasus seorang mudarris juga bisa berfungsi sebagai administrator atas nama pendirinya.
Sebagai madrasah terbesar dizamannya, guru-guru yang mengajar pada madrasah Nizhamiyyah adalah tokoh-tokoh yang punya reputasi tinggi, misalnya Imam al-Ghazali, Abu Ishaq al-Syirazi salah seorang ulama fiqih mazhab Syafi’i yang sangat terkenal pada masanya, al-Kiya al-Harasyi, al-Juwaini dan lain-lain.
Kesimpulan
Madrasah Nizhamiyyah merupakan madrasah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk. Madrasah itu disebut juga dengan madrasah syariah oleh karena intensitasnya dalam pengembangan mazhab Syafi’i berbeda dengan madrasah Bait al-Hikmah yang labih terfokus pada pengembangan ajaran Mu’tazillah dan filsafat, sehingga disebut madrasah filsafat.
Perkembangan madrasah ini sangat banyak ditentukan oleh patronase kekuasaan Nizham al-Mulk. Hal ini dikarenakan Nizham al-Mulk sebagai penguasa lebih banyak memberikan bantuan baik secara moril maupun materil pada masa itu.
Madrasah ini mengambil tempat besebrangan dengan filsafat. Hal ini agaknya dapat dipahami karena periode ini dikenal sebagai periode dimana munculnya ketidaksenangan umat terhadap pikiran-pikiran filsafat dan para filosof.
Meskipun pada awalnya al-Azhar merupakan sebuah masjid namun pada perkembangannya berubah menjadi sebuah Universitas tertua di dunia yaitu pada akhir masa al-Muiz Lidinillah al-Fatimi pada bulan Shafar tahun 365 H (Oktober 975 M). Hal ini merupakan bukti historis monumental sebagai produk kemajuan peradaban islam di Mesir. Seiring dengan perjalanan waktu yang ters berputar sebagai sebuah institusi pendidikan, al-Azhar juga mengalami pasang surut. Hal ini erat kaitannya dengan Syeikh atau rektor yang menjabat pada masanya, karena jabatan ini tidak hanya akademis, tetapi juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan arah kebijakan politis.
Di antara tokoh-tokoh yang berjasa dalam mereformasi sistem pendidikan al-Azhar antara lain; Muhammad Ali, al-Tahtawi, Syeikh Hasan al-‘Athar juga Muhammad Abduh. Merekalah pencair kejumud-an wawasan berpikir serta pendobrak dikotomisasi ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar: